Jumat, 09 Desember 2011

Jenis-Jenis Amfibi Cipelang

November bulan lalu , tepatnya tanggal 18-20 November, Koloni PBR UNJ 2010 kembali ber-advanture ria dalam rangka kegiatan Field Trip Botani 2, kali ini para koloniers pergi ke Cipelang , daerah sekitar TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Sukabumi, Jawa Barat. Meskipun judulnya Field Trip Botani, tapi para koloniers gak hanya melakoni kegiatan yang berbau botani saja.

Selain melakoni kegiatan identifikasi tumbuhan Cipelang di siang hari, para koloniers juga menjalankan aksi "ngepet" dimalam hari. Ngepet disini bukanlah perbuatan musyrik yang melanggar norma agama. Ngepet-nya para koloniers bukanlah mencari uang dimalam hari melainkan mencari sesosok amfibi di kegelapan malam yang sunyi (eaaa) alias melakoni serangkaian kegiatan herpetofauna (biar singkat maka para koloniers menyebutnya dengan kata "ngepet"). Dalam aksi ngepet nya, para koloniers menemukan beberapa jenis amfibi yang ada disekitar Cipelang, diantaranya adalah...

1.     Leptobrachium hasseltii


Deskripsi :
Katak ini memiliki kepala besar , lebih besar dari tubuh dan berbebtuk bulat, memiliki mata yang cenderung bulat dan melotot. Ujung jari bulat dan ibu jari memiliki selaput pada dasarnya. Tekstur kulit halus dengan jaringan alur-alur rendah, lipata supra timpanum sampai ke pangkal lengan.
Leptobranchium hasseltii memiliki warna iris merah, punggung kehitaman dengan bercak-bercak bulat telur atau bulat yang lebih gelap, permukaan perut keputih-putihan dengan bercak hitam, sedangkan jenis yang masih muda memiliki warna kebiruan. Leptobranchium hasseltii jantan memiliki ukuran sekitar 60 mm, sedangkan betina memiliki ukuran sekitar 70 mm.
Katak jenis ini memiliki berudu besar (sampai 78 mm) yang dalam beberapa contoh tidak mengalami metamorfosis karena tidak ada mineral tertentu selama menjadi larva. Habitat katak jenis ini biasanya terbatas di daerah berhutan, jenis ini tidak pernah tertangkap dalam jumlah besar dalam satu malam.
            

2.     Rana hosii 




Deskripsi :
            Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae (Katak sejati), Marga Ranalinne, anak marga Hylarana. Rana hosii merupakan katak berukuran ramping hingga sangat besar. Kaki belakang panjang dan ramping, jari kaki berselaput sampai ke dasarnya, jari kaki berselaput tinggi sampai piringan jari, jari kaki dan tangan dengan ujung yang melebar dan jelas,
Katak jenis ini memiliki kulit yang berkelenjar racun dan berbau busuk, tekstur kulit berbintil-bintilhalus tanpa ada bintilmenonjol. Lipatan dorsolateral lemah (tipis)  namun terlihat jelas. Tidak terdapat lipatan supratimpanik.
Rana hosii memiliki warna tubuh seragam yaitu hijau zaitun gelap hingga warna hijau kecoklatan dengan bagian sisi biasanya lebih gelap hingga hitam yang memanjang antara mata dan hidung hingga ke selangkang. Anggota gerak tuuh memiliki garis-garis silang yang jelas. Beberapa spesimen lebih berwarna keabu-abuan dibanding hijau, dalam literatur disebutkan pernah ditemukan pula spesimen yang berwarna kebiru-biruan, namun di pulau jawa biasanya berwarna seragam sisinya memiliki warna yang sama hijaunya dengan bagian punggung.
Telur berwarna krem tanpa bulatan yang lebih gelap. Berdudu belum diketahui. Habitat katak jenis ini selalu berkaitan dengan parit atau sungai dalam hutan primer dan sekunder. Katak jenis ini bisanya beristirahat diatas pinggiran atau tumbuhan di sekitar sungai, jarang terdapat di lahan bebatuan.
           

3.     Huia masonii


  

Deskripsi :
            Katak ini digolongkan kedalam suku Ranidae (katak sejati), Marga Huia. Katak jenis ini berukuran sedang, memiliki tymphanum kecil, memiliki organ ekstremitas anterior (alat gerak bagian belakang atau kaki) sangat ramping dan sangat penjang dibandingkan dengan katak jenis lain. Jari tangan dan jari kaki memiliki piringan (disk) yang sangat lebar, serta terdapat lekuk sirkum marjinal.
            Ukuran katak jantan sekitar 30 mm, sedangkan katak betina mencapai ukuran sekitar 50 mm. Katak ini memiliki tekstur kulit halus dengan beberapa bintil. Lipatan dorsolateral sempit dan tidak jelas. Katak ini memiliki warna dorsum coklat dengan bintik marmer hitam yang jelas, tetapi beberapa spesimen memiliki warna seragam yaitu colat tua dengan sisi kepala hitam disekeliling tymphanum.
            Katak jenis ini memiliki berudu dengan penghisap ventral yang besar dan ekor yang kuat serta panjang dengan sirip sempit. Tubuh dan ekor berbercak hitam.
Habitat katak ini terkait dengan sungai berarus deras, berair jernih dan berbatu-batu atau paling tidak berbatu besar. Selama bulan purnama, katak jantan akan tinggal di daerah rerumputan tidak jauh dari tepi sungai, ttapi betina akan sulit ditemukan. Katak in jenis ini merupakan katak endemik di pulau jawa.


4.     Rachoporus javanus




Deskripsi :
            Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae (Katak pohon), marga Rachoporus. Dikenal pula dengan nama Rachoporus shclegelii margaritifer.
Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran kecil hingga sedang. Tubuh relatif gembung, jari tangan kira-kira setengah atau dua pertiganya berselaput, semua jari kaki kecuali jari keempat berselaput hingga bagian piringan jari. Memiliki disk (piringan pada jari) berbentuk gada dan pupil horozontal. Tumit memiliki sebuah lapisan kulit (flap). Tonjolan kulit terdapat disepanjang pinggir lengan, dasar kaki, sampai ke jari luar. Ukuran katak jantan dewasa sekitar 50 mm dan katak betina dewawa 60 mm.
Permukaan kulit bagian dorsum bertekstur halus, perut termasuk bagian bawah kaki berbintil kecil kasar. Katak ini memiliki tubuh berwarna coklat mahagoni atau kemerahansampai ungu dengan bercak-bercak tidak beraturan. Berudu memiliki warna keabuan, ekor dengan bercak-bercak besar dan bibir dengan empat tonjolan. Habitat katak ini biasa terdapat dalam hutan primer pada ketinggian 250 sampai 1500 diatas permukaan laut.


5.     Rachophorus reinwardtii




Deskripsi :
Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae (katak pohon Asia Tenggara), marga Rachoporus. Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran kecil hingga sedang. Sebuah lipatan kulit terdapat diatas tumit dan anus, dan lipatan serupa sepanjang lengan. Ukuran katak jantan berkisar antara 45-52 mm dan katak betina antara 55-75 mm.  Memiliki disk (piringan pada jari) berbentuk gada dan pupil horizontal.
Katak ini memiliki tekstur kulit yang halus pada bagian atas tubuh, bagian perut, dan bagian samping tubuh. Bagian bawah kaki berbintil-bintil kecil kasar. Katak ini memiliki warna hijau. Pada bagian samping,  bagian tangan tangan dan kaki berwarna kuning atau orange. Jari tangan dan jari kaki berselaput seluruhnya hingga ke piringan, berwarna hitam. Spesimen setengah dewasa berwarna hijau keabu-abuan dan penuh dengan titik-titik gelap dan kecil.
Katak jenis ini memiliki berudu berwarna hitam keabu-abuan dengan sirip ekor tanpa warna. Habitat katak ini biasa terdapat dalam hutan primer pada ketinggian 250 sampai 1200 diatas permukaan laut.
         

6.     Microhyla achatina



Deskripsi :
            Microhyla acathina merupkan katak yang dimasukan kedalam suku Microhylidae (katak mulut sempit), Marga Microhyla. Katak jenis ini merupakan katak kecil dengan kepala dan mulut  sempit serta mata kecil. Katak inimemiliki sepasang garis gelap pada bagian punggungnya. Jari-jari kaki memiliki selaput renang pada dasarnya. Tekstur kulit halus, memiliki warna coklat kekuningan dengan garis-garis kehitaman, sisi lebih gelap dan kadang terdapat garis vertebral tipis dan kecil.
Katak jenis ini memiliki ukuran jantan sekitar 20 mm dan ukuran betina sekitar 25 mm. Habitat Microhyla acathina adalah hutan primer dan sekunder, namun terkadang dapat ditemukan dekat hunian manusia. Makanan katak ini berupa semut dan rayap. Katak jenis ini bertelur sekitar 20 butir dalam kolam permanen atau daerah sekitar rawa, berudanya juga dapat ditemui dalam kolam sementara.
 Berudu katak jenis ini memiliki bibir seperti corong yang berfungsi untuk makan diatas permukaan air, selain itu memiliki spirakel berukuran sedang yang terletak dibawah tubuhnya dan tertutup oleh selembar kulit, bagian ekor memiliki pita hitam dan filamen pada bagian ujungnya.
             
           
7.     Limnonectes kuhlii




Deskripsi :
            Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae (Katak sejati), Marga Limnonectes. Katak ini memiliki tubuh tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar, pelipis berotot terutama pada katak jantan. Jari seluruhnya berselaput renang sampai keujing jari. Kaki sangat pendek dan berotot. Akatak ini memiliki pupil berbentuk tanda plus (+, memiliki kaki tipe pencakar, dan kaki depan tanpa selaput atau web. Katak jantan dewasa berukuran lebih besar dibanding betinanya, yaitu sekitar 80 mm, sedangkan betina berukuran sekitar 70 mm.
            Katak jenis ini memiliki tekstur kulit berkerut, tertutup rapat oleh bintil-bintil bebentuk bintang yang tersebar diseluruh permukaan tubuh. Lipatan supratimpanum sangat jelas. Tibia dan daerah sekitar kloaka biasanya di tutupi bintil-bintil. Katak ini memiliki warna tubuh hitam marmer hingga kehitaman diseluruh bagian dorsum.
            Berudu katak ini banyak terdapat dialiran air yang tenang, bentuknya mirip sekali dengan semua jenis Limnonectes. Ekor berudu separuh hitam.
Habitat katak jenis ini terkait dengan perairan yang mengalir perlahan atau tenang. Katak ini biasa diam di pinggiran perairan dangkal.



8.     Bufo asper




Deskripsi :
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar . kodok Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.Kulit tebal dan kasar. Memiliki kelenjar paratoid yang panjang dan mengeluarkan sekret kelenjar (sebagai bentuk pertahanan diri) berwarna putih.
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan, kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi. Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.
            


Sumber : Buku Panduan Lapangan Amfibi Jawa Bali 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar