Selain melakoni kegiatan identifikasi tumbuhan Cipelang di siang hari, para koloniers juga menjalankan aksi "ngepet" dimalam hari. Ngepet disini bukanlah perbuatan musyrik yang melanggar norma agama. Ngepet-nya para koloniers bukanlah mencari uang dimalam hari melainkan mencari sesosok amfibi di kegelapan malam yang sunyi (eaaa) alias melakoni serangkaian kegiatan herpetofauna (biar singkat maka para koloniers menyebutnya dengan kata "ngepet"). Dalam aksi ngepet nya, para koloniers menemukan beberapa jenis amfibi yang ada disekitar Cipelang, diantaranya adalah...
1. Leptobrachium
hasseltii
Deskripsi :
Katak ini memiliki kepala besar , lebih besar
dari tubuh dan berbebtuk bulat, memiliki mata yang cenderung bulat dan melotot.
Ujung jari bulat dan ibu jari memiliki selaput pada dasarnya. Tekstur kulit
halus dengan jaringan alur-alur rendah, lipata supra timpanum sampai ke pangkal
lengan.
Leptobranchium
hasseltii memiliki warna iris
merah, punggung kehitaman dengan bercak-bercak bulat telur atau bulat yang
lebih gelap, permukaan perut keputih-putihan dengan bercak hitam, sedangkan
jenis yang masih muda memiliki warna kebiruan. Leptobranchium hasseltii jantan
memiliki ukuran sekitar 60 mm, sedangkan betina memiliki ukuran sekitar 70 mm.
Katak jenis ini memiliki berudu besar (sampai 78
mm) yang dalam beberapa contoh tidak mengalami metamorfosis karena tidak ada
mineral tertentu selama menjadi larva. Habitat katak jenis ini biasanya
terbatas di daerah berhutan, jenis ini tidak pernah tertangkap dalam jumlah
besar dalam satu malam.
2.
Rana hosii
Deskripsi
:
Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae
(Katak sejati), Marga Ranalinne, anak
marga Hylarana. Rana hosii merupakan katak berukuran ramping hingga sangat besar.
Kaki belakang panjang dan ramping, jari kaki berselaput sampai ke dasarnya,
jari kaki berselaput tinggi sampai piringan jari, jari kaki dan tangan dengan
ujung yang melebar dan jelas,
Katak jenis ini memiliki kulit yang berkelenjar
racun dan berbau busuk, tekstur kulit berbintil-bintilhalus tanpa ada
bintilmenonjol. Lipatan dorsolateral lemah (tipis) namun terlihat jelas. Tidak terdapat lipatan
supratimpanik.
Rana
hosii memiliki
warna tubuh seragam yaitu hijau zaitun gelap hingga warna hijau kecoklatan
dengan bagian sisi biasanya lebih gelap hingga hitam yang memanjang antara mata
dan hidung hingga ke selangkang. Anggota gerak tuuh memiliki garis-garis silang
yang jelas. Beberapa spesimen lebih berwarna keabu-abuan dibanding hijau, dalam
literatur disebutkan pernah ditemukan pula spesimen yang berwarna
kebiru-biruan, namun di pulau jawa biasanya berwarna seragam sisinya memiliki warna
yang sama hijaunya dengan bagian punggung.
Telur berwarna krem tanpa bulatan yang lebih
gelap. Berdudu belum diketahui. Habitat katak jenis ini selalu berkaitan dengan
parit atau sungai dalam hutan primer dan sekunder. Katak jenis ini bisanya
beristirahat diatas pinggiran atau tumbuhan di sekitar sungai, jarang terdapat
di lahan bebatuan.
3. Huia masonii
Deskripsi :
Katak ini digolongkan kedalam suku
Ranidae (katak sejati), Marga Huia.
Katak jenis ini berukuran sedang, memiliki tymphanum kecil, memiliki organ
ekstremitas anterior (alat gerak bagian belakang atau kaki) sangat ramping dan
sangat penjang dibandingkan dengan katak jenis lain. Jari tangan dan jari kaki
memiliki piringan (disk) yang sangat lebar, serta terdapat lekuk sirkum
marjinal.
Ukuran katak jantan sekitar 30 mm,
sedangkan katak betina mencapai ukuran sekitar 50 mm. Katak ini memiliki
tekstur kulit halus dengan beberapa bintil. Lipatan dorsolateral sempit dan
tidak jelas. Katak ini memiliki warna dorsum coklat dengan bintik marmer hitam
yang jelas, tetapi beberapa spesimen memiliki warna seragam yaitu colat tua
dengan sisi kepala hitam disekeliling tymphanum.
Katak jenis ini memiliki berudu
dengan penghisap ventral yang besar dan ekor yang kuat serta panjang dengan
sirip sempit. Tubuh dan ekor berbercak hitam.
Habitat
katak ini terkait dengan sungai berarus deras, berair jernih dan berbatu-batu
atau paling tidak berbatu besar. Selama bulan purnama, katak jantan akan
tinggal di daerah rerumputan tidak jauh dari tepi sungai, ttapi betina akan
sulit ditemukan. Katak in jenis ini merupakan katak endemik di pulau jawa.
4. Rachoporus
javanus
Deskripsi
:
Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae
(Katak pohon), marga Rachoporus. Dikenal
pula dengan nama Rachoporus shclegelii
margaritifer.
Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran
kecil hingga sedang. Tubuh relatif gembung, jari tangan kira-kira setengah atau
dua pertiganya berselaput, semua jari kaki kecuali jari keempat berselaput
hingga bagian piringan jari. Memiliki disk (piringan pada jari) berbentuk gada
dan pupil horozontal. Tumit memiliki sebuah lapisan kulit (flap). Tonjolan
kulit terdapat disepanjang pinggir lengan, dasar kaki, sampai ke jari luar.
Ukuran katak jantan dewasa sekitar 50 mm dan katak betina dewawa 60 mm.
Permukaan kulit bagian dorsum bertekstur halus,
perut termasuk bagian bawah kaki berbintil kecil kasar. Katak ini memiliki
tubuh berwarna coklat mahagoni atau kemerahansampai ungu dengan bercak-bercak
tidak beraturan. Berudu memiliki warna keabuan, ekor dengan bercak-bercak besar
dan bibir dengan empat tonjolan. Habitat katak ini biasa terdapat dalam hutan
primer pada ketinggian 250 sampai 1500 diatas permukaan laut.
5. Rachophorus
reinwardtii
Deskripsi
:
Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae
(katak pohon Asia Tenggara), marga Rachoporus.
Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran kecil hingga sedang. Sebuah
lipatan kulit terdapat diatas tumit dan anus, dan lipatan serupa sepanjang lengan.
Ukuran katak jantan berkisar antara 45-52 mm dan katak betina antara 55-75
mm. Memiliki disk (piringan pada jari)
berbentuk gada dan pupil horizontal.
Katak ini memiliki tekstur kulit yang halus pada
bagian atas tubuh, bagian perut, dan bagian samping tubuh. Bagian bawah kaki
berbintil-bintil kecil kasar. Katak ini memiliki warna hijau. Pada bagian
samping, bagian tangan tangan dan kaki
berwarna kuning atau orange. Jari tangan dan jari kaki berselaput seluruhnya
hingga ke piringan, berwarna hitam. Spesimen setengah dewasa berwarna hijau
keabu-abuan dan penuh dengan titik-titik gelap dan kecil.
Katak jenis ini memiliki berudu berwarna hitam
keabu-abuan dengan sirip ekor tanpa warna. Habitat katak ini biasa terdapat
dalam hutan primer pada ketinggian 250 sampai 1200 diatas permukaan laut.
6. Microhyla
achatina
Deskripsi
:
Microhyla
acathina merupkan katak yang
dimasukan kedalam suku Microhylidae (katak mulut sempit), Marga Microhyla.
Katak jenis ini merupakan katak kecil dengan kepala dan mulut sempit serta mata kecil. Katak inimemiliki
sepasang garis gelap pada bagian punggungnya. Jari-jari kaki memiliki selaput
renang pada dasarnya. Tekstur kulit halus, memiliki warna coklat kekuningan
dengan garis-garis kehitaman, sisi lebih gelap dan kadang terdapat garis
vertebral tipis dan kecil.
Katak jenis ini memiliki ukuran jantan sekitar 20
mm dan ukuran betina sekitar 25 mm. Habitat Microhyla
acathina adalah hutan primer dan sekunder, namun terkadang dapat ditemukan
dekat hunian manusia. Makanan katak ini berupa semut dan rayap. Katak jenis ini
bertelur sekitar 20 butir dalam kolam permanen atau daerah sekitar rawa,
berudanya juga dapat ditemui dalam kolam sementara.
Berudu
katak jenis ini memiliki bibir seperti corong yang berfungsi untuk makan diatas
permukaan air, selain itu memiliki spirakel berukuran sedang yang terletak
dibawah tubuhnya dan tertutup oleh selembar kulit, bagian ekor memiliki pita
hitam dan filamen pada bagian ujungnya.
7. Limnonectes
kuhlii
Deskripsi :
Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae
(Katak sejati), Marga Limnonectes. Katak ini memiliki tubuh tambun, cincin
telinga tidak jelas, kepala lebar, pelipis berotot terutama pada katak jantan.
Jari seluruhnya berselaput renang sampai keujing jari. Kaki sangat pendek dan
berotot. Akatak ini memiliki pupil berbentuk tanda plus (+, memiliki kaki tipe
pencakar, dan kaki depan tanpa selaput atau web. Katak jantan dewasa berukuran
lebih besar dibanding betinanya, yaitu sekitar 80 mm, sedangkan betina
berukuran sekitar 70 mm.
Katak
jenis ini memiliki tekstur kulit berkerut, tertutup rapat oleh bintil-bintil
bebentuk bintang yang tersebar diseluruh permukaan tubuh. Lipatan supratimpanum
sangat jelas. Tibia dan daerah sekitar kloaka biasanya di tutupi bintil-bintil.
Katak ini memiliki warna tubuh hitam marmer hingga kehitaman diseluruh bagian
dorsum.
Berudu
katak ini banyak terdapat dialiran air yang tenang, bentuknya mirip sekali
dengan semua jenis Limnonectes. Ekor
berudu separuh hitam.
Habitat katak jenis ini terkait dengan perairan
yang mengalir perlahan atau tenang. Katak ini biasa diam di pinggiran perairan
dangkal.
8. Bufo asper
Deskripsi
:
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering
dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar . kodok Jantan berukuran
(dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat
tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan
biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari
kaki.Kulit tebal dan kasar. Memiliki kelenjar paratoid yang panjang dan
mengeluarkan sekret kelenjar (sebagai bentuk pertahanan diri) berwarna putih.
Bangkong yang sering
ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas.
Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu
malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan,
kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi. Bangkong yang
sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian
atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di
waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan;
kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.
Sumber : Buku Panduan Lapangan Amfibi Jawa Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar