Sabtu, 07 Januari 2012

Sphenodon guntheri (Brother Island Tuatara) Reptil Prasejarah yang hidup endemik di Selandia Baru

holalalaaa...Semenjak sibuk ngurusin dan nyiapan segala tetek bengek buat UAS semester ini, sampe lupa (ga kebagian waktu sih lebih tepatnya, hahaha *gegayaansoksibuk) buat nengokin dan bercuap-cuap ngeblog disini deh. UAS pun berlalu, waktunya ngerefresh segala bentuk kemumetan yang udah merasuk , menjamahi (lebaydikit) dan membuat otak singit jungkir balik selama hampir sebulan ini. hehehe..

Kali ini gua mau sedikit nge-share info mengenai dunia perhewanan (baca : zoologi), now..we will talk about hewan yang mirip banget sama iguana tapi dia buakan iguana (lalu apa ???) and did you know ? hewan yang satu ini juga ga  ada di Indo lho..
Oke, daripada ber-intro panjang lebar, mending langsung aja kita cekidot hewan yang punya nama "Tuatara pulau selatan" or  in english it's well-known as Brother Island Tuatara, kalo anak PBR UNJ biasa nyebutnya pake bahasa gahoool biologi (baca : bahasa latin) dengan nama Sphenodon guntheri (Kereeeen aja kaan ini hewan punya 3 nama, wkwkwk).


1. Deskripsi Sphenodon guntheri

Kingdom      : Animalia 
Phylum         : Chordata
Subphylum  : Vertebrata
Class           : Reptilia
Ordo            : Sphenodontia
Family         : Sphenodontidae
Genus          : Sphenodon 
Species       : Sphenodon guntheri


gambar : Sphenodon guntheri


Sphenodon merupakan salah satu hewan tertua di dunia . sekilas, hewan ini terlihat seperti kadal atau iguana, namun hewan ini bukan lah kadal ataupun iguana . Sphenodon di masukkan kedalam ordo Rhyncocephalia  yang didalamnya termasuk reptil kuno yang telah hidup 200 juta tahun yang lalu. Selain Tuatara , semua spesies lainnya dari ordo ini,  kian menurun keberadaannya dan akhirnya punah sekitar 60 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu Tuatara merupakan hewan sangat menarik perhatian para  ahli biologi karena hewan ini merupakan hewan satu-satunya yang mewakili hubungan dengan reptil kuno.

gambar : Sphenodon guntheri mendekati mangsanya


Sphenodon guntheri merupakan satu dari dua jenis Tuatara, spesies lain yang lebih umum ditemukan adalah jenis Sphenodon punctatus, yang ditemukan di pulau utara, Selandia Baru . Sphenodon guntheri memiliki tubuh seperti kadal, ekor panjang, tungkai (kaki) yang gemuk dan kekar, cakar panjang, dan kepala yang besar. Duri pada tubuhnya tersebar sepanjang bagian punggung, leher dan kepala. Karakteristik tersebut  diambil dari nama Maori yang berarti “puncak dibelakang”

gambar : bentuk mata dari Sphenodon guntheri


Sphenodon guntheri jantan berukuran lebih besar dibanding S.guntheri betina dan memiliki duri lebih besar dibanding S. guntheri betina.  meskipun  warna tubuh keduanya terlihat mirip dengan warna hijau zaitun , abu-abu atau pink tua dan bintik-bintik putih, kuning atau abu-abu. Sphenodon guntheri muda yang baru menetas berwarna coklat atau abu-abu, dengan sedikit warna pink dan belang-belang pada bagian leher tenggoroknya.

Ketika berusia muda, Reptil ini memiliki mata yang tidak biasa : matanya memiliki retina, lensa dasar yang belum sempurna dan dihubungkan oleh sebuah saraf ke otak, selain itu saat hewan ini masih dalam usia anakan (bayi) seekor S.guntheri memiliki mata ketiga yang disebut "Pineal eyes (mata pineal)", mata ini terletak di bagian atas kepala. Mata ini  berupa kelenjar yang membuatnya sensitif terhadap rangsangan cahaya dan panas (thermoregulator),, namun kelenjar yang terbungkus kulit berwarna putih ini akan berangsur-angsur hilang ketika S.guntheri tumbuh dewasa.


2. Habitat

Spesies langka ini hanya ditemukan di Pulau Bersaudara (Brother Island), lepas pantai Selandia Baru yang sekaligus sebagai habitat asli S.guntheri dan telah dilestarikan di pulau tersebut selama 200 juta tahun karena disinyalir pulau tersebut tidak ada predator alami. Survei terakhir memperkirakan hanya ada sekitar 400 individu Sphenodon guntheri yang tersisa di pulau tersebut.



 Spesies ini hidup pada hutan rendah beriklim dingin, semak belukar atau tumpukan batu, dan ditemukan pada tempat dengan ketinggian 0-300m diatas permukaan laut. Pulau brothers  juga dihuni oleh petrel (burung laut berhidung tabung, berasal dari ordo Procellariformes) dan burung penyisir laut dari marga puffinus dimana hewan tersebut memberikan banyak manfaat bagi S.guntheri.

3. Karakteristik dan Kebiasaan hidup

S.guntheri merupakan hewan terestrial dan nokturnal. Meskipun digolongkan sebagai hewan ektoterm, speseies ini banyak menghabiskan sebagian waktunya diluar liang tempatnya tinggal dengan berjemur dibawah sinar matahari untuk memanaskan tubuhnya. Spesies ini tidak minum air, dan memangsa serangga, cacing, siput, telur burung, anak ayam, dan terkadang juga memangsa S.guntheri muda. Tipe pergerakan rahang yang khusus dimiliki oleh S.guntheri memudahkan hewan ini dalam menggeser tulang mangsanya ketika makan.



Selain itu, berdasarkan susunan tulang tengkoraknya, S.guntheri memiliki tulang rahang dengan otot yang jelas (seperti pada kebanyakan reptil lainnya kecuali kura-kura), spesies ini memiliki tipe  tengkorak diapsid (terdapat dua lubang dibelakang lubang matanya) dan sebuah tulang permukaan yang lebih besar sebagai tempat melekatnya otot, hal ini mengakibatkan S.guntheri memiliki kepala yang besar, otot tulang rahang yang terlihat jelas, dan gigitan yang ganas.


gambar : stipe tengkorak diasid pada Sphenodon guntheri 


S.guntheri seringkali merampas dan hidup pada sarang atau liang milik burung air, namun demikian hewan ini tetap dapat mambangun sarangnya sendiri. Beberapa dari hewan ini dapat menggunakan liang yang sama dalam waktu berbeda. Selain itu hewan ini sangat agresif terhadap kehadiran penyusup yang masuk kedalam wilayah teritorial merek.

Sphenodon guntheri betina hanya bereproduksi sekali selama 2-5 tahun, dan para S.guntheri jantan bersaing untuk mendapatkan pasangan dengan menunjukkan tampilan teritorial, perkelahian agresif, dan menegakkan jambul (duri) agar tubuhnya terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya.

Musim kawin pada S.guntheri terjadi antara bulan Januari dan Maret. Telur hasil fertilisasi akan dikeluarkan pada bulan oktober sampai bulan desember, sekitar 8-15 telur disimpan dalam lubang kecil (dalam bentuk ruang-ruang kecil) yang khusus digali oleh hewan ini, yang kemudian telur-telur tersebut ditutup dengan tanah dan mereka tinggalkan. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 12-15 bulan, rentang waktu  tersebut merupakan waktu penetasan terpanjang pada reptil.

 
gambar : telur dan Sphenodon guntheri muda 


Jenis kelamin telur yang akan menetas sangat ditentukan oleh suhu. Suhu tanah yang hangat akan menghasilkan pejantan sedangkan suhu tanah dingin akan menghasilkan betina. Individu S.guntheri akan mencapai kedewasaan antara 9-13 tahun, hal ini mungkin terlihat cukup telat untuk ukuran seekor hewan, namun ini merupakan hal yang menarik dari seekor reptil yang diyakini dapat hidup selama 100 tahun.

Umur atau kehidupan mereka yang panjang disebabkan karena tingkat metabolisme yang sangat rendah dan tingkat pertumbuhan yang lambat, hal tersebut merupakan bentuk toleransi (cara penyesuaian diri) terhadap cuaca yang sangat dingin. Puncak aktivitas hewan jenis ini berada pada suhu tubuh maksimum 12-17 derajat celcius (merupakan suhu terendah untuk jenis reptil apapun). Hal ini memungkinkan hewan ini mampu bertahan hidup di daerah beriklim sedang Selandia baru dalam rentang waktu yang lama. 

3. Ancaman Hidup dan Konservasi

Beberapa bukti menunjukkan bahwa S.guntheri tidak dapat bertahan pada darah dengan populasi tikus  yang berkembang biak cepat (populasi tinggi). Meskipun hingga saat ini hal tersebut tidak terjadi di pulau brothers namun dikhawatirkan adanya penyebaran tikus Polinesia. Rattus exulans melalui perahu atau kayu apung ke pulau tersebut. Keberadaan S.guntheri juga dapat terancam dengan keberadaan anjing dan kucing.



Meskipun begitu, para ilmuan memperingatkan bahwa perubahan iklim yang ekstrim memiliki dampak yang signifikan terhadap keberadaan hewan jenis ini. Hal ini didasari pada sifat telur S.guntheri yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu (meskipun dalam skala perubahan kecil) yang dapat mengubah rasio jenis kelamin dan ketidak seimbangan keberhasilan reproduksi dari populasi S.guntheri/

Meskipun demikian, Hewan jenis ini telah hidup selama 200 juta tahun, sehingga dimungkinkan S.guntheri memiliki mekanisme untuk mengatasi perubahan iklim yang ada, walaupun dikhawatirkan bahwa perubahan iklim masa depan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan adaptasi fisiologis dan adaptasi prilaku pada S.guntheri 

Sphenodon guntheri merupakan salah satu hewan tertua saat ini dan sangat dilindungi dibawah UU Margasatwa di Selandia Baru. Pulau Brothers ditunjuk sebagai Suaka Marga Satwa dan sebagai Flora Fauna cadangan serta diberlakukannya izin yang diperlukan untuk kunjungan. Berbagai tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah tikus-tikus yang mampu mengancam populasi S.guntheri masuk kedalam wilayah konservasi, meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya terjamin,namun Selandia Baru Wildlife telah menjalankan program penelitian jangka panjang terhadap ekologi dari dua spesies Tuatara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.

Meskipun langkah diatas dianggap cukup memadai, namun tetap terdapat kekhawatiran bahwa ancaman apapun dapat memiliki dampak signifikan pada spesies ini karena rendah dan lambatnya tingkat reproduksi dan adaptasi pada hewan ini. Sebagai tindakan pencegahan, pada tahun 1995, 68 orang memperkenalkan tuatara di pulau Titi, Cook selatan, menyusul 54 orang lainnya yang berhasil memperkenalkan tuatara di Pulau Matui dimana wisatawan dapat melihat hewan ini dan belajar lebih banyak mengenai kebutuhan yang diperlukan untuk melindungi spesies langka ini.

Pada tahun 2001 rencana pemulihan terhadap keberadaan tuatara diterbitkan, rencana tersebut berfokus pada pengembangan inisiatif dan pemantauan kolam gen dari masing-masing populasi. Konservasi dan penelitian lanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa bumi ini tidak akan kehilangan reptil tertua di dunia.






Jumat, 09 Desember 2011

Media Pembelajaran Transport Elektron

Banyak orang berpendapat bahwa biologi merupakan pelajaran yang membosankan, "hafalan" itulah kebanyakan kata yang sering dilontarkan banyak orang mengenai pelajaran biologi. Padahal sebenarnya biologi dapat menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan jika di tinjau dari sudut pandang berbeda. banyak materi pelajaran biologi yang dapat dijadikan sebagai ajang uji kreatifitas siswa dalam belajar. terlebih bagi seorang guru biologi, kemonotonan dalam menyampaikan materi sangat mempengaruhi semangat siswa dalam belajar biologi. Untuk itu, seorang guru, tak hanya guru biologi, melainkan semua guru  tenaga pengajar harus di tuntut untuk selalu aktif, kreatif, responsif, dan cekatan ketika mengajar di dalam kelass. Banyak cara atau metode yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan semangat siswa ketika melakukan KBM di kelas, slah satunya adalah dengan melibatkan siswa secara langsung di dalam kelas, misalnya dengan membuat sebuah media pembelajaran secara berkelompok.

sebagai contoh media pembelajaran mengenai transpor elektron yang diciptakan oleh KolonIiPBR UNJ 2010


 "





Argyropelecus olfersii (Deep-sea Hatchetfish)


KLASIFIKASI
Kingdom          : Animalia
Phylum             : Chordata
Class                : Osteichtyes
Ordo                 : Stomiiformes
Family               : Sternoptychidae
Genus               : Argyropelecus
Spesies            : Argyropelecus olfersii           

DESKRIPSI
Bentuk tubuh hampir menyerupai kapak, bentuk mata cekung dan berukuran cukup besar. Memiliki panjang tubuh maksimum 90 cm dengan sirip punggung berjumlah 9, sirip dada berjumlah 10-12, sirip dubur berjumlah 12, total insang penyapu berjumlah 15-16, dan vertebra berjumlah 36-37.
Memiliki organ Photopore yang terletak di bagian bawah sisi tubuhnya, organ tersebut dapat menghasilkan cahaya dan berfungsi sebagai bentuk kamuflase untuk menghindarkan mereka dari serangan predator dengan cara menyesuaikan jumlah cahaya yg dihasilkan dengan intensitas cahaya sekitar sehingga mereka benar-benar tidak terlihat. Selain itu cahaya yg dihasilkan oleh organ photopore dapat membantu ikan ini dalam menangkap mangsa dan berperan dalam proses kawin

HABITAT
Merupakan ikan perairan dalam  (Oceanic), hidup di daerah mesopelagic (daerah perairan tropis dan subtropis) dengan kedalaman sekitar 200-6000 m. Ikan ini ditemukan di semua samudera (Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia) kecuali di daerah paling dingin dan menghabiskan seluruh hidupnya dalam kegelapan.

Jenis-Jenis Amfibi Cipelang

November bulan lalu , tepatnya tanggal 18-20 November, Koloni PBR UNJ 2010 kembali ber-advanture ria dalam rangka kegiatan Field Trip Botani 2, kali ini para koloniers pergi ke Cipelang , daerah sekitar TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Sukabumi, Jawa Barat. Meskipun judulnya Field Trip Botani, tapi para koloniers gak hanya melakoni kegiatan yang berbau botani saja.

Selain melakoni kegiatan identifikasi tumbuhan Cipelang di siang hari, para koloniers juga menjalankan aksi "ngepet" dimalam hari. Ngepet disini bukanlah perbuatan musyrik yang melanggar norma agama. Ngepet-nya para koloniers bukanlah mencari uang dimalam hari melainkan mencari sesosok amfibi di kegelapan malam yang sunyi (eaaa) alias melakoni serangkaian kegiatan herpetofauna (biar singkat maka para koloniers menyebutnya dengan kata "ngepet"). Dalam aksi ngepet nya, para koloniers menemukan beberapa jenis amfibi yang ada disekitar Cipelang, diantaranya adalah...

1.     Leptobrachium hasseltii


Deskripsi :
Katak ini memiliki kepala besar , lebih besar dari tubuh dan berbebtuk bulat, memiliki mata yang cenderung bulat dan melotot. Ujung jari bulat dan ibu jari memiliki selaput pada dasarnya. Tekstur kulit halus dengan jaringan alur-alur rendah, lipata supra timpanum sampai ke pangkal lengan.
Leptobranchium hasseltii memiliki warna iris merah, punggung kehitaman dengan bercak-bercak bulat telur atau bulat yang lebih gelap, permukaan perut keputih-putihan dengan bercak hitam, sedangkan jenis yang masih muda memiliki warna kebiruan. Leptobranchium hasseltii jantan memiliki ukuran sekitar 60 mm, sedangkan betina memiliki ukuran sekitar 70 mm.
Katak jenis ini memiliki berudu besar (sampai 78 mm) yang dalam beberapa contoh tidak mengalami metamorfosis karena tidak ada mineral tertentu selama menjadi larva. Habitat katak jenis ini biasanya terbatas di daerah berhutan, jenis ini tidak pernah tertangkap dalam jumlah besar dalam satu malam.
            

2.     Rana hosii 




Deskripsi :
            Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae (Katak sejati), Marga Ranalinne, anak marga Hylarana. Rana hosii merupakan katak berukuran ramping hingga sangat besar. Kaki belakang panjang dan ramping, jari kaki berselaput sampai ke dasarnya, jari kaki berselaput tinggi sampai piringan jari, jari kaki dan tangan dengan ujung yang melebar dan jelas,
Katak jenis ini memiliki kulit yang berkelenjar racun dan berbau busuk, tekstur kulit berbintil-bintilhalus tanpa ada bintilmenonjol. Lipatan dorsolateral lemah (tipis)  namun terlihat jelas. Tidak terdapat lipatan supratimpanik.
Rana hosii memiliki warna tubuh seragam yaitu hijau zaitun gelap hingga warna hijau kecoklatan dengan bagian sisi biasanya lebih gelap hingga hitam yang memanjang antara mata dan hidung hingga ke selangkang. Anggota gerak tuuh memiliki garis-garis silang yang jelas. Beberapa spesimen lebih berwarna keabu-abuan dibanding hijau, dalam literatur disebutkan pernah ditemukan pula spesimen yang berwarna kebiru-biruan, namun di pulau jawa biasanya berwarna seragam sisinya memiliki warna yang sama hijaunya dengan bagian punggung.
Telur berwarna krem tanpa bulatan yang lebih gelap. Berdudu belum diketahui. Habitat katak jenis ini selalu berkaitan dengan parit atau sungai dalam hutan primer dan sekunder. Katak jenis ini bisanya beristirahat diatas pinggiran atau tumbuhan di sekitar sungai, jarang terdapat di lahan bebatuan.
           

3.     Huia masonii


  

Deskripsi :
            Katak ini digolongkan kedalam suku Ranidae (katak sejati), Marga Huia. Katak jenis ini berukuran sedang, memiliki tymphanum kecil, memiliki organ ekstremitas anterior (alat gerak bagian belakang atau kaki) sangat ramping dan sangat penjang dibandingkan dengan katak jenis lain. Jari tangan dan jari kaki memiliki piringan (disk) yang sangat lebar, serta terdapat lekuk sirkum marjinal.
            Ukuran katak jantan sekitar 30 mm, sedangkan katak betina mencapai ukuran sekitar 50 mm. Katak ini memiliki tekstur kulit halus dengan beberapa bintil. Lipatan dorsolateral sempit dan tidak jelas. Katak ini memiliki warna dorsum coklat dengan bintik marmer hitam yang jelas, tetapi beberapa spesimen memiliki warna seragam yaitu colat tua dengan sisi kepala hitam disekeliling tymphanum.
            Katak jenis ini memiliki berudu dengan penghisap ventral yang besar dan ekor yang kuat serta panjang dengan sirip sempit. Tubuh dan ekor berbercak hitam.
Habitat katak ini terkait dengan sungai berarus deras, berair jernih dan berbatu-batu atau paling tidak berbatu besar. Selama bulan purnama, katak jantan akan tinggal di daerah rerumputan tidak jauh dari tepi sungai, ttapi betina akan sulit ditemukan. Katak in jenis ini merupakan katak endemik di pulau jawa.


4.     Rachoporus javanus




Deskripsi :
            Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae (Katak pohon), marga Rachoporus. Dikenal pula dengan nama Rachoporus shclegelii margaritifer.
Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran kecil hingga sedang. Tubuh relatif gembung, jari tangan kira-kira setengah atau dua pertiganya berselaput, semua jari kaki kecuali jari keempat berselaput hingga bagian piringan jari. Memiliki disk (piringan pada jari) berbentuk gada dan pupil horozontal. Tumit memiliki sebuah lapisan kulit (flap). Tonjolan kulit terdapat disepanjang pinggir lengan, dasar kaki, sampai ke jari luar. Ukuran katak jantan dewasa sekitar 50 mm dan katak betina dewawa 60 mm.
Permukaan kulit bagian dorsum bertekstur halus, perut termasuk bagian bawah kaki berbintil kecil kasar. Katak ini memiliki tubuh berwarna coklat mahagoni atau kemerahansampai ungu dengan bercak-bercak tidak beraturan. Berudu memiliki warna keabuan, ekor dengan bercak-bercak besar dan bibir dengan empat tonjolan. Habitat katak ini biasa terdapat dalam hutan primer pada ketinggian 250 sampai 1500 diatas permukaan laut.


5.     Rachophorus reinwardtii




Deskripsi :
Katak ini digolongkan kedalam suku Rachoporidae (katak pohon Asia Tenggara), marga Rachoporus. Katak jenis ini merupakan katak pohon berukuran kecil hingga sedang. Sebuah lipatan kulit terdapat diatas tumit dan anus, dan lipatan serupa sepanjang lengan. Ukuran katak jantan berkisar antara 45-52 mm dan katak betina antara 55-75 mm.  Memiliki disk (piringan pada jari) berbentuk gada dan pupil horizontal.
Katak ini memiliki tekstur kulit yang halus pada bagian atas tubuh, bagian perut, dan bagian samping tubuh. Bagian bawah kaki berbintil-bintil kecil kasar. Katak ini memiliki warna hijau. Pada bagian samping,  bagian tangan tangan dan kaki berwarna kuning atau orange. Jari tangan dan jari kaki berselaput seluruhnya hingga ke piringan, berwarna hitam. Spesimen setengah dewasa berwarna hijau keabu-abuan dan penuh dengan titik-titik gelap dan kecil.
Katak jenis ini memiliki berudu berwarna hitam keabu-abuan dengan sirip ekor tanpa warna. Habitat katak ini biasa terdapat dalam hutan primer pada ketinggian 250 sampai 1200 diatas permukaan laut.
         

6.     Microhyla achatina



Deskripsi :
            Microhyla acathina merupkan katak yang dimasukan kedalam suku Microhylidae (katak mulut sempit), Marga Microhyla. Katak jenis ini merupakan katak kecil dengan kepala dan mulut  sempit serta mata kecil. Katak inimemiliki sepasang garis gelap pada bagian punggungnya. Jari-jari kaki memiliki selaput renang pada dasarnya. Tekstur kulit halus, memiliki warna coklat kekuningan dengan garis-garis kehitaman, sisi lebih gelap dan kadang terdapat garis vertebral tipis dan kecil.
Katak jenis ini memiliki ukuran jantan sekitar 20 mm dan ukuran betina sekitar 25 mm. Habitat Microhyla acathina adalah hutan primer dan sekunder, namun terkadang dapat ditemukan dekat hunian manusia. Makanan katak ini berupa semut dan rayap. Katak jenis ini bertelur sekitar 20 butir dalam kolam permanen atau daerah sekitar rawa, berudanya juga dapat ditemui dalam kolam sementara.
 Berudu katak jenis ini memiliki bibir seperti corong yang berfungsi untuk makan diatas permukaan air, selain itu memiliki spirakel berukuran sedang yang terletak dibawah tubuhnya dan tertutup oleh selembar kulit, bagian ekor memiliki pita hitam dan filamen pada bagian ujungnya.
             
           
7.     Limnonectes kuhlii




Deskripsi :
            Katak jenis ini digolongkan kedalam suku Ranidae (Katak sejati), Marga Limnonectes. Katak ini memiliki tubuh tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar, pelipis berotot terutama pada katak jantan. Jari seluruhnya berselaput renang sampai keujing jari. Kaki sangat pendek dan berotot. Akatak ini memiliki pupil berbentuk tanda plus (+, memiliki kaki tipe pencakar, dan kaki depan tanpa selaput atau web. Katak jantan dewasa berukuran lebih besar dibanding betinanya, yaitu sekitar 80 mm, sedangkan betina berukuran sekitar 70 mm.
            Katak jenis ini memiliki tekstur kulit berkerut, tertutup rapat oleh bintil-bintil bebentuk bintang yang tersebar diseluruh permukaan tubuh. Lipatan supratimpanum sangat jelas. Tibia dan daerah sekitar kloaka biasanya di tutupi bintil-bintil. Katak ini memiliki warna tubuh hitam marmer hingga kehitaman diseluruh bagian dorsum.
            Berudu katak ini banyak terdapat dialiran air yang tenang, bentuknya mirip sekali dengan semua jenis Limnonectes. Ekor berudu separuh hitam.
Habitat katak jenis ini terkait dengan perairan yang mengalir perlahan atau tenang. Katak ini biasa diam di pinggiran perairan dangkal.



8.     Bufo asper




Deskripsi :
Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar . kodok Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.Kulit tebal dan kasar. Memiliki kelenjar paratoid yang panjang dan mengeluarkan sekret kelenjar (sebagai bentuk pertahanan diri) berwarna putih.
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan, kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi. Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.
            


Sumber : Buku Panduan Lapangan Amfibi Jawa Bali 

Jumat, 12 Agustus 2011

BIOLOGY LEARNING FESTIVAL 2011

COMING SOON @OKTOBER2011...!!!




1.OLIMPIADE BIOLOGI 
    Untuk SMA/Sederajat (Tes Tertulis,praktikum, cepat dan tepat )
 Waktu/Tempat : 8 & 15 Oktober 2011 pukul 08.00-15.00 WIB @Gedung Serba Guna FIK (Kampus B UNJ) dan Aula Daksinapati FIP (Kampus A UNJ)
   HTM  : Rp.100.000,-/orang 
   Prize : Medals, Cash,Awarded Certivicate,Souvenir

2. MENULIS ESSAY 
    Untuk pelajar, mahasiswa dan umum . Pengumpulan tanggal 8 Oktober 2011
     Tema : ''Bumi Masa Kini dan Masa Depan''
     Essay ditulis dengan inspirasi sebuah film       
                    HTM : RP.50.000,-/orang

3. MEDIA PEMBELAJARAN 
    Pembuatan dan presentasi Power Point Biologi untuk guru dan mahasiswa (tidak terbatas di bidang biologi)
               15 Oktober 2011 pukul 08.00 - 16.00 WIB
  @Lab. Komputer dan Ruang kuliah FMIPA (kampus B UNJ)
                          HTM : Rp.100.000,-/orang

4. SEMINAR BIOLOGI 
    "Ruang Terbuka Hijau Ibukota,Makin Luas RTH-nya ,makin produktif kotanya !"
        PEMBICARA :
  • Catharina Suryowati, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta  
  • Pandji Kliansantang, Community Relations Manager and Productivity Development Manager PT. Summarecon Agung Tbk 
  • Nirwono Joga , Koordinator Peta Hijau Jakarta 

    22 Oktober pukul 08.00-14.00 WIB
@Aula Perpustakaan UNJ
HTM : pelajar/mahasiswa  Rp.35.000,-/orang, guru /umum Rp.70.000,-/orang 

Dimeriahkan oleh  :    BAZAR DAN FLORAVAGANZA 
                                  @KAMPUS A UNJ



 info dan keterangan lebih lanjut :

  http://bioleaf-2011.blogspot.com/
  facebook : bioleaf unj

Minggu, 24 Juli 2011

Secrets of success..

When I woke up this morning , I asked my self : what are some of the secrets of success in life ? i found the answer right there in my very room...
The fan said - Be cool
The roof said - Aim high
The wall said - keep strong
The window said - see the world
The clock said - every minutes is precious
The mirror said - reflect before you act
The door said - push hard for your goals , and dont forget..
The Carpet said - Kneel down n pray !


soo guys...filosofi hidup itu ga mesti bersumber dari benda hidup, sometimes benda mati justru mampu memberikan filosofi hidup yang lebih berarti..