Sabtu, 07 Januari 2012

Sphenodon guntheri (Brother Island Tuatara) Reptil Prasejarah yang hidup endemik di Selandia Baru

holalalaaa...Semenjak sibuk ngurusin dan nyiapan segala tetek bengek buat UAS semester ini, sampe lupa (ga kebagian waktu sih lebih tepatnya, hahaha *gegayaansoksibuk) buat nengokin dan bercuap-cuap ngeblog disini deh. UAS pun berlalu, waktunya ngerefresh segala bentuk kemumetan yang udah merasuk , menjamahi (lebaydikit) dan membuat otak singit jungkir balik selama hampir sebulan ini. hehehe..

Kali ini gua mau sedikit nge-share info mengenai dunia perhewanan (baca : zoologi), now..we will talk about hewan yang mirip banget sama iguana tapi dia buakan iguana (lalu apa ???) and did you know ? hewan yang satu ini juga ga  ada di Indo lho..
Oke, daripada ber-intro panjang lebar, mending langsung aja kita cekidot hewan yang punya nama "Tuatara pulau selatan" or  in english it's well-known as Brother Island Tuatara, kalo anak PBR UNJ biasa nyebutnya pake bahasa gahoool biologi (baca : bahasa latin) dengan nama Sphenodon guntheri (Kereeeen aja kaan ini hewan punya 3 nama, wkwkwk).


1. Deskripsi Sphenodon guntheri

Kingdom      : Animalia 
Phylum         : Chordata
Subphylum  : Vertebrata
Class           : Reptilia
Ordo            : Sphenodontia
Family         : Sphenodontidae
Genus          : Sphenodon 
Species       : Sphenodon guntheri


gambar : Sphenodon guntheri


Sphenodon merupakan salah satu hewan tertua di dunia . sekilas, hewan ini terlihat seperti kadal atau iguana, namun hewan ini bukan lah kadal ataupun iguana . Sphenodon di masukkan kedalam ordo Rhyncocephalia  yang didalamnya termasuk reptil kuno yang telah hidup 200 juta tahun yang lalu. Selain Tuatara , semua spesies lainnya dari ordo ini,  kian menurun keberadaannya dan akhirnya punah sekitar 60 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu Tuatara merupakan hewan sangat menarik perhatian para  ahli biologi karena hewan ini merupakan hewan satu-satunya yang mewakili hubungan dengan reptil kuno.

gambar : Sphenodon guntheri mendekati mangsanya


Sphenodon guntheri merupakan satu dari dua jenis Tuatara, spesies lain yang lebih umum ditemukan adalah jenis Sphenodon punctatus, yang ditemukan di pulau utara, Selandia Baru . Sphenodon guntheri memiliki tubuh seperti kadal, ekor panjang, tungkai (kaki) yang gemuk dan kekar, cakar panjang, dan kepala yang besar. Duri pada tubuhnya tersebar sepanjang bagian punggung, leher dan kepala. Karakteristik tersebut  diambil dari nama Maori yang berarti “puncak dibelakang”

gambar : bentuk mata dari Sphenodon guntheri


Sphenodon guntheri jantan berukuran lebih besar dibanding S.guntheri betina dan memiliki duri lebih besar dibanding S. guntheri betina.  meskipun  warna tubuh keduanya terlihat mirip dengan warna hijau zaitun , abu-abu atau pink tua dan bintik-bintik putih, kuning atau abu-abu. Sphenodon guntheri muda yang baru menetas berwarna coklat atau abu-abu, dengan sedikit warna pink dan belang-belang pada bagian leher tenggoroknya.

Ketika berusia muda, Reptil ini memiliki mata yang tidak biasa : matanya memiliki retina, lensa dasar yang belum sempurna dan dihubungkan oleh sebuah saraf ke otak, selain itu saat hewan ini masih dalam usia anakan (bayi) seekor S.guntheri memiliki mata ketiga yang disebut "Pineal eyes (mata pineal)", mata ini terletak di bagian atas kepala. Mata ini  berupa kelenjar yang membuatnya sensitif terhadap rangsangan cahaya dan panas (thermoregulator),, namun kelenjar yang terbungkus kulit berwarna putih ini akan berangsur-angsur hilang ketika S.guntheri tumbuh dewasa.


2. Habitat

Spesies langka ini hanya ditemukan di Pulau Bersaudara (Brother Island), lepas pantai Selandia Baru yang sekaligus sebagai habitat asli S.guntheri dan telah dilestarikan di pulau tersebut selama 200 juta tahun karena disinyalir pulau tersebut tidak ada predator alami. Survei terakhir memperkirakan hanya ada sekitar 400 individu Sphenodon guntheri yang tersisa di pulau tersebut.



 Spesies ini hidup pada hutan rendah beriklim dingin, semak belukar atau tumpukan batu, dan ditemukan pada tempat dengan ketinggian 0-300m diatas permukaan laut. Pulau brothers  juga dihuni oleh petrel (burung laut berhidung tabung, berasal dari ordo Procellariformes) dan burung penyisir laut dari marga puffinus dimana hewan tersebut memberikan banyak manfaat bagi S.guntheri.

3. Karakteristik dan Kebiasaan hidup

S.guntheri merupakan hewan terestrial dan nokturnal. Meskipun digolongkan sebagai hewan ektoterm, speseies ini banyak menghabiskan sebagian waktunya diluar liang tempatnya tinggal dengan berjemur dibawah sinar matahari untuk memanaskan tubuhnya. Spesies ini tidak minum air, dan memangsa serangga, cacing, siput, telur burung, anak ayam, dan terkadang juga memangsa S.guntheri muda. Tipe pergerakan rahang yang khusus dimiliki oleh S.guntheri memudahkan hewan ini dalam menggeser tulang mangsanya ketika makan.



Selain itu, berdasarkan susunan tulang tengkoraknya, S.guntheri memiliki tulang rahang dengan otot yang jelas (seperti pada kebanyakan reptil lainnya kecuali kura-kura), spesies ini memiliki tipe  tengkorak diapsid (terdapat dua lubang dibelakang lubang matanya) dan sebuah tulang permukaan yang lebih besar sebagai tempat melekatnya otot, hal ini mengakibatkan S.guntheri memiliki kepala yang besar, otot tulang rahang yang terlihat jelas, dan gigitan yang ganas.


gambar : stipe tengkorak diasid pada Sphenodon guntheri 


S.guntheri seringkali merampas dan hidup pada sarang atau liang milik burung air, namun demikian hewan ini tetap dapat mambangun sarangnya sendiri. Beberapa dari hewan ini dapat menggunakan liang yang sama dalam waktu berbeda. Selain itu hewan ini sangat agresif terhadap kehadiran penyusup yang masuk kedalam wilayah teritorial merek.

Sphenodon guntheri betina hanya bereproduksi sekali selama 2-5 tahun, dan para S.guntheri jantan bersaing untuk mendapatkan pasangan dengan menunjukkan tampilan teritorial, perkelahian agresif, dan menegakkan jambul (duri) agar tubuhnya terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya.

Musim kawin pada S.guntheri terjadi antara bulan Januari dan Maret. Telur hasil fertilisasi akan dikeluarkan pada bulan oktober sampai bulan desember, sekitar 8-15 telur disimpan dalam lubang kecil (dalam bentuk ruang-ruang kecil) yang khusus digali oleh hewan ini, yang kemudian telur-telur tersebut ditutup dengan tanah dan mereka tinggalkan. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 12-15 bulan, rentang waktu  tersebut merupakan waktu penetasan terpanjang pada reptil.

 
gambar : telur dan Sphenodon guntheri muda 


Jenis kelamin telur yang akan menetas sangat ditentukan oleh suhu. Suhu tanah yang hangat akan menghasilkan pejantan sedangkan suhu tanah dingin akan menghasilkan betina. Individu S.guntheri akan mencapai kedewasaan antara 9-13 tahun, hal ini mungkin terlihat cukup telat untuk ukuran seekor hewan, namun ini merupakan hal yang menarik dari seekor reptil yang diyakini dapat hidup selama 100 tahun.

Umur atau kehidupan mereka yang panjang disebabkan karena tingkat metabolisme yang sangat rendah dan tingkat pertumbuhan yang lambat, hal tersebut merupakan bentuk toleransi (cara penyesuaian diri) terhadap cuaca yang sangat dingin. Puncak aktivitas hewan jenis ini berada pada suhu tubuh maksimum 12-17 derajat celcius (merupakan suhu terendah untuk jenis reptil apapun). Hal ini memungkinkan hewan ini mampu bertahan hidup di daerah beriklim sedang Selandia baru dalam rentang waktu yang lama. 

3. Ancaman Hidup dan Konservasi

Beberapa bukti menunjukkan bahwa S.guntheri tidak dapat bertahan pada darah dengan populasi tikus  yang berkembang biak cepat (populasi tinggi). Meskipun hingga saat ini hal tersebut tidak terjadi di pulau brothers namun dikhawatirkan adanya penyebaran tikus Polinesia. Rattus exulans melalui perahu atau kayu apung ke pulau tersebut. Keberadaan S.guntheri juga dapat terancam dengan keberadaan anjing dan kucing.



Meskipun begitu, para ilmuan memperingatkan bahwa perubahan iklim yang ekstrim memiliki dampak yang signifikan terhadap keberadaan hewan jenis ini. Hal ini didasari pada sifat telur S.guntheri yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu (meskipun dalam skala perubahan kecil) yang dapat mengubah rasio jenis kelamin dan ketidak seimbangan keberhasilan reproduksi dari populasi S.guntheri/

Meskipun demikian, Hewan jenis ini telah hidup selama 200 juta tahun, sehingga dimungkinkan S.guntheri memiliki mekanisme untuk mengatasi perubahan iklim yang ada, walaupun dikhawatirkan bahwa perubahan iklim masa depan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan adaptasi fisiologis dan adaptasi prilaku pada S.guntheri 

Sphenodon guntheri merupakan salah satu hewan tertua saat ini dan sangat dilindungi dibawah UU Margasatwa di Selandia Baru. Pulau Brothers ditunjuk sebagai Suaka Marga Satwa dan sebagai Flora Fauna cadangan serta diberlakukannya izin yang diperlukan untuk kunjungan. Berbagai tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah tikus-tikus yang mampu mengancam populasi S.guntheri masuk kedalam wilayah konservasi, meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya terjamin,namun Selandia Baru Wildlife telah menjalankan program penelitian jangka panjang terhadap ekologi dari dua spesies Tuatara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.

Meskipun langkah diatas dianggap cukup memadai, namun tetap terdapat kekhawatiran bahwa ancaman apapun dapat memiliki dampak signifikan pada spesies ini karena rendah dan lambatnya tingkat reproduksi dan adaptasi pada hewan ini. Sebagai tindakan pencegahan, pada tahun 1995, 68 orang memperkenalkan tuatara di pulau Titi, Cook selatan, menyusul 54 orang lainnya yang berhasil memperkenalkan tuatara di Pulau Matui dimana wisatawan dapat melihat hewan ini dan belajar lebih banyak mengenai kebutuhan yang diperlukan untuk melindungi spesies langka ini.

Pada tahun 2001 rencana pemulihan terhadap keberadaan tuatara diterbitkan, rencana tersebut berfokus pada pengembangan inisiatif dan pemantauan kolam gen dari masing-masing populasi. Konservasi dan penelitian lanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa bumi ini tidak akan kehilangan reptil tertua di dunia.